Proses rekrutmen bukan hanya soal menemukan kandidat terbaik. Lebih dari itu, HR juga harus memastikan bahwa posisi yang dibuka memiliki job level yang tepat—agar tidak salah sasaran saat menjaring talenta.
Masih banyak tim HRD yang bingung membedakan mana posisi entry-level dan mana yang sudah membutuhkan kandidat dengan pengalaman strategis. Padahal, memahami struktur jenjang jabatan bisa membuat proses rekrutmen jadi jauh lebih efisien.
Apa Itu Job Level dan Mengapa Penting dalam Rekrutmen?
Job level adalah klasifikasi posisi kerja berdasarkan tanggung jawab, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan. Saat HR memahami job level dengan baik, proses rekrutmen akan:
- Lebih terarah (tidak asal pasang lowongan)
- Menarik kandidat yang sesuai kualifikasi
- Mencegah overqualified atau underqualified hire
- Memudahkan perencanaan gaji dan benefit
- Memperjelas ekspektasi kerja sejak awal
Jadi, kalau selama ini tim HR sering mendapat kandidat yang “nggak nyambung”, bisa jadi masalahnya bukan pada kandidat—tapi kurang tepat dalam menentukan job level!
Panduan Singkat: Memahami Job Level Saat Membuka Lowongan
Berikut adalah tingkatan job level yang umum ditemukan, meskipun penamaan dan definisinya bisa sedikit berbeda antar perusahaan:
Entry-Level (Tingkat Pemula)
Ini adalah posisi awal bagi mereka yang baru memulai karier atau memiliki pengalaman kerja sangat minim (biasanya 0-2 tahun). Fokus utamanya adalah belajar, mendapatkan pengalaman dasar, dan memahami proses kerja.
Contoh Jabatan: Staf Junior, Magang (Intern), Asisten Administrasi, Fresh Graduate.
Tanggung Jawab: Melakukan tugas-tugas dasar yang terstruktur, seringkali di bawah supervisi ketat.
Junior-Level (Tingkat Junior)
Sedikit di atas entry-level, biasanya untuk mereka dengan pengalaman 1-3 tahun. Sudah memiliki pemahaman dasar tentang pekerjaan dan bisa melakukan tugas dengan supervisi yang lebih longgar.
Contoh Jabatan: Junior Specialist, Junior Analyst, Staff.
Tanggung Jawab: Melakukan tugas yang lebih kompleks dari entry-level, mulai berkontribusi pada proyek kecil.
Mid-Level (Tingkat Menengah)
Untuk profesional dengan pengalaman menengah (umumnya 3-7 tahun). Mereka sudah memiliki keahlian yang solid dan bisa bekerja secara mandiri. Seringkali mulai memimpin proyek kecil atau tim.
Contoh Jabatan: Senior Specialist, Senior Analyst, Koordinator, Supervisor.
Tanggung Jawab: Mengelola proyek, melatih karyawan junior, mengambil keputusan taktis, dan melapor kepada manajemen yang lebih tinggi.
Senior-Level (Tingkat Senior)
Profesional berpengalaman (umumnya 7+ tahun) dengan keahlian mendalam di bidangnya. Mereka adalah ahli materi pelajaran (SME) dan sering menjadi mentor.
Contoh Jabatan: Lead Engineer, Principal Analyst, Senior Manager (terkadang bisa masuk managerial level), Ahli Teknis Utama.
Tanggung Jawab: Memberikan panduan strategis, memimpin tim atau proyek besar, menyelesaikan masalah kompleks, dan berkontribusi pada inovasi.
Managerial-Level (Tingkat Manajerial)
Posisi yang bertanggung jawab untuk mengelola tim atau departemen. Fokus pada pencapaian tujuan tim, pengembangan karyawan, dan operasi harian. Memiliki pengalaman yang cukup luas di bidangnya.
Contoh Jabatan: Manager, Head of Department.
Tanggung Jawab: Mengelola kinerja tim, mendelegasikan tugas, melakukan evaluasi, dan memastikan kelancaran operasional departemen.
Director-Level (Tingkat Direktur)
Posisi senior yang bertanggung jawab atas strategi dan kinerja beberapa departemen atau seluruh fungsi bisnis. Mereka memiliki pengalaman luas di industri dan membuat keputusan penting yang memengaruhi arah perusahaan.
Contoh Jabatan: Director of Marketing, Director of Operations, Regional Director.
Tanggung Jawab: Mengembangkan dan mengimplementasikan strategi tingkat tinggi, mengawasi beberapa manajer, dan berinteraksi dengan jajaran eksekutif.
Executive-Level / C-Level (Tingkat Eksekutif)
Ini adalah posisi puncak dalam hierarki perusahaan, bertanggung jawab atas visi, misi, dan arah strategis keseluruhan organisasi. Mereka adalah pemimpin senior yang membuat keputusan berdampak besar.
Contoh Jabatan: CEO (Chief Executive Officer), COO (Chief Operating Officer), CFO (Chief Financial Officer), CMO (Chief Marketing Officer), CTO (Chief Technology Officer).
Tanggung Jawab: Menetapkan visi dan strategi perusahaan, memimpin seluruh organisasi, berinteraksi dengan dewan direksi dan investor, serta menjadi wajah perusahaan.
Tips HRD dalam Menentukan Job Level Saat Rekrutmen
Review kebutuhan posisi secara detail
Mulailah dari job description. Apakah pekerjaan ini membutuhkan pengalaman teknis? Harus memimpin orang lain? Atau cukup bisa dikerjakan sambil belajar?
Cocokkan dengan struktur organisasi
Jangan sampai membuka lowongan “Senior Staff” padahal tidak ada jenjang di atas dan bawahnya. Ini bisa menimbulkan kebingungan karier.
Gunakan data internal
Lihat benchmark gaji, struktur karyawan yang sudah ada, dan pola promosi sebelumnya.
Sampaikan level secara jelas di lowongan
Tuliskan di judul dan deskripsi: “Staff HR”, “Sales Manager”, “Marketing Intern” — jangan cuma “butuh karyawan cepat”.
HRMLabs: Bantu HRD Menyusun dan Mengelola Struktur Job Level
Sebagai HR profesional, Anda perlu sistem yang bisa mendukung struktur organisasi yang jelas dan job level yang rapi. HRMLabs hadir sebagai solusi modern untuk HR dan Payroll yang:
- Bisa dikustom sesuai job level dan struktur organisasi
- Mempermudah pengelolaan data karyawan berdasarkan level jabatan
- Mengotomatisasi gaji, tunjangan, dan pajak sesuai jenjang jabatan
- Dilengkapi layanan support cepat jika Anda butuh bantuan
Dengan sistem yang fleksibel, HR bisa lebih fokus pada strategi, bukan lagi terjebak administrasi.
Penutup: Job Level yang Jelas, Rekrutmen Jadi Lebih Akurat
Memahami job level adalah kunci untuk rekrutmen yang efisien dan berkualitas. Dengan klasifikasi yang tepat, Anda bisa menjaring kandidat yang benar-benar sesuai—tanpa harus menyaring ribuan CV yang salah sasaran.
Dan dengan bantuan sistem seperti HRMLabs, tim HR bisa mengelola struktur jabatan dengan lebih mudah dan akurat, dari rekrutmen hingga manajemen karyawan. Hubungi HRMLabs sekarang!