Apa sih startup itu?
Seperti yang kamu tahu, startup biasanya adalah bisnis yang menggunakan teknologi untuk memecahkan suatu masalah, namun pada saat yang bersamaan, startup tidak harus berorientasi pada teknologi. Kebanyakan startup dibuat untuk dapat berkembang dengan cepat. Itulah kenapa startup mempunyai rencana bisnis yang dinamis. Startup biasanya tidak terbatas pada letak geografis karena hampir semua bisnis startup menggunakan internet sebagai basis operasinya. Kebanyakan startup mempunyai cross-functional team di perusahaannya.
Sebagai tahap awal dari bisnis, startup sering mempunyai kurang dari 20 karyawan dengan pendapatan per tahunnya kurang dari $100.000. Di kebanyakan kasus, pendiri startup mempunyai kontrol yang penuh akan keberlangsungan perusahaan. Sebagai tambahan, startup biasanya mendapatkan dana dari pihak internal perusahaan seperti pemilik atau pendiri startup. Sedangkan dari pihak luar seperti perusahaan modal ventura, perusahaan ekuitas swasta, inkubator startup, atau bahkan jaringan angel investor.
Sebagai perusahaan yang menggunakan internet sebagai basis operasinya, apakah startup membutuhkan kantor? Jawabannya adalah tergantung dari produk apa yang startup tawarkan. Contohnya, apabila startup menjual software yang bisa dibeli melalui website, kantor hanya digunakan untuk para karyawan bekerja saja. Bahkan kantor bisa menjadi tidak penting, karena para karyawan bisa bekerja dari rumah masing-masing. Namun, apabila startup menjual kacamata buta warna contohnya, maka kantor bisa digunakan juga untuk memajang produk tersebut.
Startup di Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara dengan komunitas startup paling aktif di dunia. Dengan kebanyakan startup ada di Jakarta dan sekitarnya. Banyak investor yang mulai tertarik juga untuk menanamkan modalnya untuk startup di Indonesia seperti Expedia, Alibaba dan Tencent. Dengan populasi yang cukup padat dan lebih dari 50% penduduknya menggunakan internet, startup yang mengandalkan internet dan teknologi mempunyai pasar yang cukup menjanjikan di Indonesia.
Namun selain ekosistem startup yang bagus di Indonesia, ada juga beberapa tantangan yang dihadapi. Contohnya seperti hampir 66% penduduk yang belum mempunyai akun bank. Tidak banyak penduduk Indonesia yang mempunyai kartu kredit apalagi didaerah pedesaan. Meskipun demografis usia produktif tergolong tinggi, namun hanya sedikit dari usia produktif tersebut yang tergolong tenaga profesional. Pembangunan yang kurang merata juga menjadi salah satu tantangan untuk para pendiri startup.
Sebagai tahap awal dalam bisnis, apakah startup membutuhkan software HR?
Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa startup dirancang untuk dapat berkembang dengan cepat dan dinamis, jadi apakah software HR penting untuk mereka? Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari jawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
Apakah startup membuat slip gaji? Perlukah adanya pencatatan kehadiran dan cuti? Apa karyawan perlu dibuat jadwal kerja? Apakah perlu adanya penilaian kinerja setiap tahun atau setengah tahun? Apakah administrasi manajemen SDM menyita terlalu banyak waktu?
Apabila jawaban dari pertanyaan tersebut kebanyakan IYA, maka startup perlu berinvestasi pada software HR. Karena bukan hanya akan membantu dalam urusan HR saja, software HR juga dapat membantu dalam efisiensi waktu. Startup membutuhkan lingkungan yang suportif dan dinamis agar mereka dapat berkembang. Oleh karena itu, software HR yang terstruktur mungkin bukan menjadi prioritas utama. Namun, software HR yang terstruktur juga dapat membantu startup itu sendiri dalam tugas-tugas administrasi HR. Juga dapat membantu mengurangi kebingungan yang dapat muncul karena tidak adanya sistem HR yang terstruktur.
Apabila jawaban dari pertanyaan diatas kebanyakan TIDAK, maka startup mungkin belum membutuhkan software HR. Maka dari itu, pendanaan startup bisa digunakan untuk mendanai research and development atau menemukan talent terbaik untuk membangun bisnis. Setelah startup selesai dengan urusan-urusan tersebut, software HR mungkin dibutuhkan untuk membantu manajemen SDM.